Ads by google

Friday, January 16, 2015

1000 Peluru, Keluarkan Satu, Kita Masih Punya 999

Di mata orang-orang saya mungkin dinilai sebagai orang yang ceplas-ceplos, suka humor, bicara apa adanya. Tapi kalau orang menilai saya sebagai pribadi yang demikian, ya silahkan-silahkan saja, tapi itu jelas terjebak. Karena saya punya 1000 peluru, baru dikeluarkan 1, sisanya masih punya 999 peluru. Jadi kalau ada orang yang hendak menjatuhkan saya dengan satu peluru, saya punya 999 peluru untuk melawan, yang selama ini saya simpan di gudang. 

Prinsip itu juga yang saya gunakan dalam menilai orang lain. Saya bukan orang yang terburu-buru menarik kesimpulan tentang kepribadian seseorang, karena kesan pertama meskipun kadang berkesan, tapi manusia itu kompleks. Bisa berubah-ubah setiap detik, bahkan bisa berubah 180 derajat tanpa kita duga dalam hitungan detik saja. Waspadalah dengan hal itu.





Wednesday, September 3, 2014

1 Milyar Perdesa Mulai Disosialisikan

Dana bantuan 1 Milyar Perdesa Mulai Disosialisikan sesuai UU Desa yang baru mulai disosialisasikan. Kabarnya tahun 2105 bantuan 1 milyar perdesa ini akan mulai direalisasikan di APBN. Program yang jadi "korban" adalah PNPM karena akan dialihkan ke program ini.

1 milyar perdesa

Bagi saya hal ini
1. Menggembirakan sekaligus
2. Menakutkan.

Menggembirakan karena Desa mempunyai dana yang cukup untuk membangun. Dengan dana sebesar itu akan dapat dibangun infrastruktur dasar pedesaan yang benar-benar diperlukan. Banyak hal yang terbengkalai karena persoalan dana.

Menakutkan bila SDM Desanya tidak siap, terutama di tatanan Dusun. Akhirnya yang terbebani desa desa juga. Mau tidak mau para kepala dusun harus siap ditempa untuk menyiapkan keterampilan mereka dalam administrasi pelaporan dll.

Desa harus segera sigap menyiapkan instrumen SDM-nya secara matang. Tidak bisa ditunda-tunda. Harus membangun sistem keuangan yang terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Lalu lintas uang 1 milyar di tingkat desa haruslah rekening to rekening agar tidak terjadi penyelewengan.



Tuesday, September 2, 2014

Orang Aceh Sumbang Pesawat, Kini Pesawat Kepresidenan Mau Dijual

Orang Aceh Sumbang Pesawat, Kini Pesawat Kepresidenan Mau Dijual. Ingatlah sejarah ini Tuan Presiden: Juni 1948 Presiden Sukarnoe berkunjung ke Aceh untuk menggelorakan semangat patriotik membela tanah air melawan Belanda yang mau menjajah RI kembali. Di Hotel Atjeh Kutaradja Bung Karno mencetuskan ide pembelian pesawat udara yang sangat dibutuhkan untuk menembus blokade laut yang dilakukan oleh Belanda. "Saya tidak makan malam ini, kalau dana untuk kebutuhan itu belum terkumpul, "katanya saat itu.

RI Seulawah
RI Seulawah Dibeli orang Aceh dan Disumbangkan pada negara

TUAN PRESIDEN, SAYA RAKYAT KECIL PERLU MENGINGATKAN SEJARAH ITU KEMBALI.
pesawat kepresidenan
Baru dibeli oleh negara, masa mau dijual lagi.
Diketawain orang Aceh, tuh!!!!!

Serta merta, berdirilah seorang saudagar muda berusia 30 tahun bernama M. Djuned Joesoef (Ketua gabungan saudagar Aceh-GASIDA) yang menyatakan kesediaannya memberikan donasi. Setelah itu, disusul oleh sejumlah saudagar yang lain, termasuk mereka yang hadir dalam pertemuan itu. Donasi yang terkumpul guna membeli pesawat udara untuk menjawab tantangan Bung Karno waktu itu sebanyak 120.000 dolar Singapura ditambah 20 Kg emas. Dana sebesar itu cukup untuk membeli dua unit pesawat Dakota. Kemudian, hasil donasi itu diserahkan langsung oleh Residen Aceh T.M.Daudsyah kepada Bung Karno.
Pesawat itu merupakan dua mesin terbang yang dimiliki Indonesia ketika menghadapi agresi milter Belanda tahun 1948. Kedua pesawat itu diberi nama Seulawah RI-001 dan 002. Tugas Seulawah RI-001 adalah membawa senjata, mesiu dan obat-obatan melintasi garis musuh. Sedangkan Seulawah RI-002 dikaryakan di Pangkalan Rangoon, dan keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membeli dua pesawat baru RI-007 dan RI-009.

Apa jasa yang telah diberikan pesawat ini kepada proses berdirinya Republik Indonesia? Menurut AK Jakobi (1992) dalam buku Aceh Daerah Modal, pesawat Seulawah RI-001 menjadi kekuatan pertama armada TNI-AU yang telah berjasa besar menerobos blokade Belanda. Kemudian, menjadi jembatan yang menghubungkan antara pemerintah pusat di Yogyakarta dengan PDRI di Suliki (Bukit Tinggi) dan Kutaraja (Banda Aceh). Akhirnya, pesawat itu menjadi cikal bakal pesawat Garuda yang dikomersilkan.

Menyimak kisah tersebut, kini kita bertanya: siapakah sesungguhnya yang menjadi pahlawannya? Saudagar yang tergabung dalam GASIDA atau rakyat Aceh? Menyumbang untuk perjuangan melawan penjajah Belanda bukan hal baru bagi rakyat Aceh. Ketika untuk pertama kalinya Belanda menjejakkan kaki di bumi Aceh, 8 April 1873, peti harta rakyat Aceh telah terkuras untuk donasi perjuangan perang sabil melawan Belanda. Meski hartanya telah terkuras, mereka tidak pernah berharap menjadi pahlawan, tetapi tekadnya hanya untuk membantu para pejuang dengan tulus ikhlas.


Kini Tuan belum resmi dilantik tapi sudah membuat ide untuk menjual pesawat kepresidenan hanya untuk menutup defisit APBN gara-gara subsidi BBM yang melonjak. Menaikan harga BBM tentu membanting popularitas Tuan ketika baru saja menginjakan istana. 

Pertanyaan saya, apakah Tuan Presiden tidak malu dengan rakyat Aceh? Mereka di kala sulit malah menyumbang pesawat buat negara. Sekarang ini Tuan malah kebalikan mau menjual pesawat kepresidenan itu. Kalau hanya risau dengan subsidi BBM dan tak mau menaikan harga BBM, tanya Puan Maharani, mana buku putih yang menolak kenaikan harga BBM tahun 2012. Tanyakan buku putih itu dan terapkan sekarang. Bukankah mereka waktu itu sangat yakin apa yang ditulis dalam buku itu bisa menjadi solusi tanpa menaikan harga BBM? Coba tanyakan buku itu pada mereka.

Jangan-jangan buku putih itu hanya tong kosong untuk mengail simpati rakyat kecil. Saya yakin Tuan Presiden beda, mohon dipertimbangkan menjual pesawat kepresiden itu. Memang ada pemimpin negara lain yang melakukan hal itu, tapi ternyata bukan solusi yang mujarab. Hanya setitik saja. Ingat Tuan Presiden, RAKYAT ACEH MEMBELI PESAWAT DAN DISUMBANGKAN PADA NEGARA, MASA IYA DI MASA PEMERINTAHAN TUAN PRESIDEN TERCATAT SEJARAH MENJUAL PESAWAT KEPRESIDENAN. APA ENGGAK MALU DENGAN ORANG ACEH DAHULU?

BUKU PUTIH, TUAN PRESIDEN, TANYAKAN PADA PUAN MAHARANI, DKK.
KAMI TUNGGU!!!!

Fitnah Tidak Kenal Musim

Fitnah Tidak Kenal Musim. Selama menjadi Kepala Desa yang belum genap 1,5 tahun ini, dua kali sudah saya diserang fitnah. Pertama, difitnah meminta jatah semen dari proyek PNPM. Kedua, sehabis lebaran kemarin, saya difitnah nilep uang zakat dari sahabat saya, Bos Sarpin,Juragan Pancanaka Girimukti Properstis.

Bahaya fitnah


Astagfirulloh. Saya sampai menangis, bercucuran air mata. Pantas kata Islam, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Fitnah itu laksana memakan bangkai saudaramu. Bayangkan punya saudara yang meninggal, kemudian mayatnya kamu makan, bayangkan. Menjijikan, bukan?

Sakit hati rasanya dituduh apa yang tidak saya lakukan. Fitnah yang pertama bisa ditangkal dan bisa jernih, tidak terbukti saya meminta jatah semen. Fitnah yang kedua pun sedang saya klarifikasi, saya telusuri orang-orang yang mulai mefitnahnya dan yang menyebarkannya.

Kronologisnya begini:

  1. Sehari menjelang lebaran, sekitar pukul 8-an ke rumah saya datang Pak Sarpin, Bos Pancanaka Girimukti. Ia sahabat saya sejak di SMPN Tambaksari. Hari itu saya hanya punya uang Rp. 1.300.000. Uang itu untuk THR para Kepala Dusun dan stap Desa Bojonggedang. Masing-masing Rp. 100.000,-
  2. Setelah ngobrol sebentar ia mengutarakan akan memberikan zakat Rp. 10.000.000,- untuk warga Desa Bojonggedang. Saya ajak beliau ke rumah Ketua MUI atau Ketua BAZ Desa Bojonggedang, tapi ia berkukuh memberikannya kepada saya. Akhirnya saya terima.
  3. Saya bertanya, harus  kepada siapa saja zakat ini diberikan? Pak Sarpin balik bertanya, biasanya zakat di Desa Bojonggedang kepada siapa diberikannya? Saya jawab, selain kepada fakir miskin, yatim piatu, juga diberikan kepada RT/RW, kader PKK, Posyandu, guru ngaji, BPD, MUI, dll. Ia berkata,"Ya, entos pasihkeun kanu biasa we, ngan abdi amanat,ieu zakat ulah disebatkeun ti abdi.." Baiklah, saya pegang amanah.
  4. Sekitar jam 9-an saya pergi ke Kantor Desa dan saya sms semua Kepala Dusun dan Stap Desa.
  5. Satu persatu Kepala Dusun datang ke Kantor Desa. Mereka saya kasih satu amplop sebagai THR dari saya. Lainnya saya kasih uang dari zakat sahabat saya yang jumlahnya berpariasi setiap dusunnya, karena perbedaan jumlah RTM, anak yatim, jompo, RT?RW, kader PKK/Pos Yandu, Linmas, dll. Saya katakan itu uang dari yang nitip zakat. Saya tidak sebutkan dari siapa karena saya pegang amanah tidak akan menyebutkan dari siapa-siapanya zakat itu berasal.
  6. Hanya satu kepala Dusun yang tidak datang karena sedang Ciamis. Untuk Kepala Dusun ini saya titipkan ke Sekdes.
  7. Ada sisa uang zakat di saya sebesar Rp. 130.000. Yang Rp. 50.000 saya masukan ke koropak/kardus yang dikelilingkan ketika sholat idul fitri di mesjid Dusun Desa. Ada sisa Rp. 80.000. Saya masukan ke koropak masjid ketika sholat jumat. Habis sudah uang zakat itu tidak tersisa
  8. Saya mempunyai catatan/rekap pembagiannya.

Pas hari lebaran saya tidak ke mana-mana. Kenapa? Karena saya tidak punya uang. Ada uang Rp. 80.000 sisa uang zakat yang dibagikan dan akan dimasukan ke koropak mesjid ketika jumaat (lihat point 7). Kalau saya nilep uang zakat itu tentu saya punya uang dan punya bekal untuk bersilaturahmi ke keluarga. 

Jadi, fitnah yang menuduh saya menyelewengkan uang zakat itu tidak berdasar. Ada para Kepala Dusun sebagai saksi. Ada catatan rekap di saya. Jadi maksud fitnah ini apa?

Jangan mimpi dengan memfitnah bisa menghancurkan orang lain. Allah Maha Tahu. Justru orang yang memfitnahlah yang akan dihancurkan oleh Allah. Siapa yang akan mampu melawan Allah. Catat itu!

 
© Copyright 2011 Catatan Kecil Ena Rusyana All Rights Reserved.
Free Templates by Cool Blogger Tutorials- Powered by Blogger.com.